Minggu, 05 Juni 2011

Unjuk Kreativitas Game Buatan Lokal


Kompetisi Chip Nokia Developer War yang digelar di FX Plaza, Jakarta, Sabtu (4/6/2011) kemarin tak cuma sekadar ajang lomba biasa. Alasannya, sebanyak 9 finalis dituntut berkompetisi untuk menunjukkan kreativitas game buatannya, bukan hanya mudah dimainkan tapi juga punya potensi besar untuk dijual ke pasar.

Sebanyak 9 kontestan hasil seleksi di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta mengikuti kompetisi ini, membawa game yang cukup bervariasi, mulai tema hantu, kuliner hingga game perang dengan karakter khas Indonesia. Lomba dibagi dalam 2 sesi. Sesi pertama menentukan 3 besar yang berhak masuk ke babak akhir. Sesi kedua memilih pemenang pertama hingga ketiga.

Pada sesi kedua, peserta diminta melakukan pengembangan dengan live coding dalam waktu terbatas, cuma satu jam. Hasilnya menjadi salah satu faktor yang dinilai.

Sebanyak 11 juri terlibat untuk menentukan pemenang. Mereka adalah Narendra Wicaksono dari Nokia, Firstman Manurung dari NICE, Edi Taslim dari Kompas.com, Bayu Widhiatmaka dari Majalah Chip, Wicaksono Hidayat dari Detik.com, dan Adhityaswara Nusawandana dari Hotgame.

Pemenang dinilai berdasarkan kreativitas, kemudahan penggunaan, dan potensi pemasaran game yang dikembangkan kontestan. Setelah sekitar 6 jam berkompetisi, akhirnya pemenang pun ditentukan.
Dramit yang mengembangkan game School Escape Jurit Malam menjadi pemenang pertama dan menggondol hadiah Rp 30 juta. Game ini mengajak pengguna untuk sukses melarikan diri dari macam-macam hantu sekolah, mulai kuntilanak sampai suster ngesot.

Sementara itu, pemenang kedua adalah Enlight yang mengembangkan Game Waroeng Ekspress Jawa. Di game ini, pengguna diajak mengembangkan cabang dari warung jawa yang menjual menu rujak cingur, soto kudus hingga batagor.

Sedangkan pemenang ketiga adalah OMG dengan game Arjuna Sang Pemanah. Pemenang kedua dan ketiga membawa uang Rp 20 juta dan Rp 10 juta.

"Dari sisi kreativitasnya sudah bagus. Untuk School Escape, banyak item-item dalam satu game. Jadi walaupun sudah tamat level tertentu, pengguna mau mengulang lagi untuk merasakan item tertentu. Ini nilai lebihnya," kata Firstman, salah satu juri.

Firstman menambahkan bahwa dalam menilai, kemudahan dalam menggunakan penting. "Ini kan mobile, orang misalnya mainkan sambil ke jalan ke kantor. Jadi harus mudah memainkannya," ungkapnya.
School Escape menurut Firstman punya sisi lebih dibanding Waroeng Jawa Ekspress dan Arjuna Sang Pemanah sebab karena mudah dalam memainkannya. Menurut Firstman, sebenarnya saat penjurian total nilai peserta tak terpaut besar. "Nilainya itu 50, 51 dan 52. Akhirnya kita putuskan voting. Dari situ akhirnya terpilih yang memenangkan School Escape. Ya, mereka lebih karena sampai bikin satu edisi khusus Jurit Malam," papar Firstman.

Yuandra Ismiraldi dan Paramita Hapsari mengaku tak menyangka bisa menang. Apalagi, mereka mengaku bahwa mengembangkan game ini hanya dalam waktu seminggu. Dalam live coding sebelum penentuan pemenang, mereka juga tak berhasil memenuhi permintaan dewan juri untuk mengembangkan multiplayer. Meski demikian, mereka toh keluar sebagai pemenang. Ke depan, beberapa pengembangan akan dicangkokkan pada game ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar